Minggu, 17 Januari 2010

HIKMAH MENYANTUNI ANAK YATIM


Setiap 10 Muharam atau yang dikenal Asyura. Rasulullah saw mengingatkan umatnya untuk berpuasa. “ Sesungguhnya hari Asyura adalah termasuk hari yang dimuliakan Allah. Barangsiapa yang suka berpuasa , maka berpuasalah.” (Muttafaq ‘alaih). Anjuran Rasulullah saw tersebut sering dipandang sebagai wujud penghormatan kepada hari kemerdekaan kaum lemah/dhuafa khususnya anak yatim. Karena itu, dalam tradisi umat islam Indonesia, Asyura sering pula disebut sebagai hari anak yatim.

Menyantuni dan memberdayakan anak yatim penting bagi umat islam secara keseluruhan adalah wajib, dan bukan terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik, seperti harta, tetapi secara umum juga mencakup hal-hal yang bersifat psikis. Sedangkan anjuran membela dan menyantuni anak yatim tampak lewat berbagai hadis Rasulullah saw. “ Sering-seringlah mengusap kepala anak yatim.” Kata Nabi yang dijadikan yatim oleh Allah SWT.

‘Hiasilah rumahmu dengan (memelihara) anak yatim.’
Dalam menyantuni anak yatim, terutama mereka yang memiliki harta haruslah dengan penuh tanggung jawab dan profesional. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang akan menyala-nyala (neraka) (QS An Nisa’:10). Juga, dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa

Kendati demikian Alquran juga membolehkan wali miskin memakan harta anak yatim dan tidak memboleh kan wali kaya memakannya (QS An Nissa:6). Adapun dalam sebuah hadist, Rasulullah saw menjelaskan masalah ini. Pada suatu hari datang seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw: “ Ya..Rasulullah, aku ini orang miskin, tapi aku memelihara anak yatim dan hartanya, bolehkah aku makan dari harta anak yatim itu?” kemudian Rasulullah saw menjawab , “ Makanlah dari harta anak yatim sekedar kewajaran, jangan hartamu dicampurkan dengan harta anak yatim itu

Berkaca dari pesan Alquran dan Sunah Rasul tersebut, dalam situasi krisis berkepanjangan ini, maka menyantuni anak yatim merupakan perbuatan sangat terpuji. Semua itu kita lakukan agar kita terhindar dari ancaman Alquran sebagai pendusta agama (Q al Maun: 1-3)

9 komentar:

  1. betul pak..., anjuran tsb memang selain bersifat ibadah juga bersifat sosial (muamalah). memberdayakan dan menghargai anak yatim (terutama yg miskin) sebagai kelompok mustad'afin (terpinggirkan) adalah wujud kesalehan sosial

    BalasHapus
  2. amin..
    untung tahun ini saya bisa menjalankan puasa..
    semoga kita dapat mengamalkan Al Quran dan Al Hadist
    salam..

    BalasHapus
  3. makasih banget infonya...
    bener tuh, kita mank harus menyantuni anak yatim..

    saya sangat bersyukur sekali, masih memiliki kedua orang tua :)

    BalasHapus
  4. kalo aku kayakna butuh di santuni bukan menyantuni ... ada yg berminat mo nyantuni diriku ini?

    BalasHapus
  5. menyantuni anak yatim sangat perlu biar kita berbagi sedikit harta kita biar tambah rasa syukur kita

    BalasHapus
  6. berbuat baik termasuk menyantuni anak yatim karena murni ingin menolong dan membantu sesama..., bukan karena berpamrih pahala atau apapun...

    itulah keichlasan beribadah...

    BalasHapus