
“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lainnya”. Keterangan ini menegaskan agar kita melakukan aktivitas dan kerja tidak mengenal kata henti dan istirahat, artinya bahwa setelah menunaikan tugas dan aktivitas maka cari aktivitas dan kerjaan lainnya…!!
Karena pada hakikatnya, amal tak akan pernah usai dalam kehidupan didunia ini. Selama hayat masih dikandung badan maka jangan berhenti dalam beramal, berbuat, bekerja dan beraktivitas terutama untuk meraih dan menggapai ridho Allah Swt.
Tidak dipungkiri lagi bahwa tabiat seorang mukmin sejati adalah berbuat, berbuat dan terus berbuat. Sehingga seluruh waktunya selalu diukur dengan produktivitas amalnya. Karena itu diam tanpa amal menjadi aib bagi orang yang beriman. Mereka harus mencermati peluang-peluang untuk selalu berbuat. Maka perlu diingat bahwa “menganggur”dapat menjadi pintu kehancuran. Tidaklah mengherankan bahwa banyak ayat maupun hadits yang memberikan motivasi dan rangsangan agar selalu berbuat dan menghindari diri dari sikap malas dan lemah untuk berbuat. Untuk itu Rasulullah Saw, menyegerakan para sahabatnya untuk melanjutkan agenda lainnya sebab bila tidak, yang terjadi adalah peluang konflik dan friksi antar sesama atau akan disibukan dengan hal-hal sepele. “Pikiran tak dapat dibatasi, Lisan tak dapat dibungkam, anggota tubuh tak bisa diam. Karena itu jika kamu tidak disibukan dengan hal-hal besar maka kamu akan disibukan dengan hal-hal kecil”. (AbdulWahab Azzam).
Ritme kehidupan orang yang beriman selalu terus berada siklus hidup yang selalu berputar maka sesudah selesai menunaikan satu tugas maka ia harus menyiapkan dirinya untuk menunaikan tugas besar lainnya. Siklus yang demikian dapat menyehatkan diri dan amalnya karena ia dapat memanfaatkan waktunya dan dapat mengukir goresan indah dalam waktunya. “Maka apabila kamu telah selasai dari satu urusanmaka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”.
Bila perjalanan amal yang begitu panjang sering terjadi dalam kehidupan ini maka tidak ada pilihan lain kecuali mempersiapkan diri untuk mengarunginya. Salah satu persiapan yang amat perlu dimiliki adalah sikap tidak pernah lelah dalam amal. Karena sikap lelah dan terus merasa lelah akan memperkecil potensi produktivitas dan akan menggerogoti energi untuk berbuat. Maka kita perlu mengantisipasi dan memerangi kelelahan kita. Bisa dengan recovery tarbiyah dengan mendisplinkan diri dalam menerapkan manhaj. Rasulullah Saw pun menyuruhnya “Rehatkanlah hatimu karena hatimu tidakterbuat dari batu”.
Untuk meningkatkan kualitas amal yang senantiasa berkelanjutan, dibutuhkan suatu pemahaman bahwa hidup adalah untuk beramal bukan untuk berleha-leha,karena istirahat yang hakiki adalah di Syurga, “Dan tidak semata-mata Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat : 56). Selain itu kita pun harus memahami bahwa yang dapat menjadikan diri kita mampu dan kuat tidak lain karena hubungan yang kaut pula pada Allah SWT.